Hot Posts

6/recent/ticker-posts

KKP: Gelar Diskusi Marcus Tullius Cicero



Yogyakarta, Rayonwistrad.com.  Pada Minggu sore (13/12/2020), Kelas Kajian Politik (KKP) kembali menggelar rangkaian diskusi. Kegiatan ini bertempat di sekretariat PMII Rayon Wisma Tradisi dengan pokok pembahasan Negara Ideal dan Hukum Alam yang ditinjau dari pemikiran Marcus Tullius Cicero. Sebelumnya KKP juga telah melaksanakan beberapa rangkaian diskusi dengan tema yang sama, yakni seputar kajian sosial dan politik. Tepatnya pada pemikiran filsafat politik di era Yunani Klasik.  Begitu pun dengan masa transisi menuju Romawi Kuno atau yang sering disebut masa Helen-Romana. Di selang itu juga mengkaji pemikiran politik Islam yang berangkat dari kajian peristiwa politik Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Seperti pada pertemuan sebelumnya, KKP juga menggandeng Lembaga Kajian dan Riset Simposium dalam melaksanakan kegiatan diskusi. Kegiatan ini diikuti oleh anggota dan kader PMII Rayon Wisma Tradisi, baik melalui media online maupun secara offline. Dan pada pertemuan kali ini, topik diskusi masuk di masa Romawi Kuno dengan  Menggali pemikiran Marcus Tullius Cicero yang merupakan seorang pemikir besar, mengenai politik dan hukum yang lahir 106 SM di Arpinum, Italia.

Diskusi kali ini dipantik langsung oleh sahabat Lubab, selaku kepala bidang sosial dan politik. Sebelum masuk ke materi, Pemantik  mencoba menegaskan bahwasannya dua pilar utama bagi seorang mahasiswa ialah mereka yang mampu memenuhi hasrat intelektual dan sosialnya. Ia juga menjelaskan bahwasannya di tengah degradasi kedua pilar tersebut. Sudah sepatutnya menjadi refleksi bersama, bagi setiap lapisan masyarakat. Ditambah lagi saat ini masih dalam kondisi pandemi, dunia pendidikan yang menjadi satu-satunya sandaran harapan,  harus mengalah menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan segala kekurangannya. Ia pun mengingatkan, "Saat ini rumah-rumah  telah berubah fungsi menjadi  sekolah, universitas dan yang lain sebagainya. Maka bagi seorang pembelajar berarti harus mampu menciptakan iklim belajar, demi memenuhi kebutuhan intelektual masing-masing".

Di awal diskusi pemantik menjelaskan tentang dasar filsafat politik Cicero, yang notabene juga termasuk pembesar filsafat madzhab stoa. Kemudian, ia juga mencoba menggambarkan tentang kondisi di masa Cicero hidup. Bahwasannya situasi sosial dan politik di era Romawi Kuno menjadi salah satu faktor yang mendorong bentuk negaranya  mengalami berbagai macam perubahan dari monarki, republik, hingga kekaisaraan. Pemikiran Cicero juga tertuang dalam karyanya De Republica (tentang negara) dan The Legibus (tentang hukum). Ajarannya juga dekat dengan Plato, khususnya pada asal muasal negara, yakni berangkat dari kontrak sosial masyarakat. Pandangan Cicero tentang negara merupakan suatu kenyataan yang harus ada bagi kehidupan manusia. Cicero menawarkan konstruksi negara ideal dengan bentuk negara konstitusi campuran antara monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Maksudnya ialah mengawinkan kebaikan dari sistem politiknya.

Di bagian kedua, pemantik merujuk pada pembahasan berikutnya, yakni tentang hukum alam. Ia mengambarkan pandangan tentang hukum alam dari kacamata Cicero. Hukum alam diartikan sebagai prinsip yang meresapi alam semesta yang menjadi dasar bagi hukum yang adil. Pemantik juga mencoba melontarkan beberapa pertanyaan pada forum untuk menjadi bahan dalektika. Di akhir sesi pemantik mengungkapkan, bahwa hukum alam sebagai  suatu hukum yang sesuai dengan alam, maksudnya yang terdapat pada setiap jiwa manusia. Hukum ini tidak dapat berubah-ubah, berlaku di setiap tempat tidak mengenal batas, baik bangsa maupun zaman.

Di akhir acara penulis berkesempatan bertemu dengan sahabat Ahmad Jazuly, selaku ketua umum PMII Rayon Wisma Tradisi. Beliau menaruh harapan besar  pada setiap anggota dan kader, agar mampu memaksimalkan setiap ruang diskusi yang ada. Beliau menutup dialog kami, dengan mengambil maqolah indah dari Imam syafii "Jika kita tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kita juga harus bersiap menahan perihnya kebodohan", tandasnya.

 

Penulis: Acep Wahyu

Editor: Windi Novrianti

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar